Sabtu, 26 Januari 2008

millis jalansutra

Adakah yang tahu lebih lanjut tentang beras merah-putih RI-1? Beras ini berhasil "dibangkitkan dari kubur" oleh ahli pertanian kita. Ditemukan di reruntuhan candi abad ke-7, "fosil" beras merah-putih ini berhasil dibudidayakan dan kini mulai disebar ke penjuru Indonesia.
Kalau ada yang punya gambar bulir padinya, mohon kontak saya via japri. Ini adalah warisan langka, identitas kuliner Indonesia paling luar biasa.
Beritanya di bawah:
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/08/13/brk,2006... id.html
Varietas Beras Merah-Putih RI-1 Minggu, 13 Agustus 2006 19:13 WIB
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Di bawah terik matahari siang tadi, sekitar seribu orang memohon doa di alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Peluh membasahi baju, kaus, serta topi mereka. Ada petani, buruh bangunan, buruh pabrik, aktivis, serta dosen.
Mereka menengadah untuk kebangkitan Indonesia dengan mengamini lafal yang dipujikan Kiai Haji Nawawi dari Bantul dan Kiai Haji Khudori asal Magelang.
Prof. Dr. Damarjati Supadjar dari Universitas Gadjah Mada memberi petuah lewat ilmu filsafat yang dikuasainya. Disusul prosesi pemberian beras langka kepada 12 orang oleh Ajikoesoemo, pegiat bidang pertanian.
Mereka adalah petani asal berbagai penjuru di Republik ini, di antaranya petani dari Kediri, Papua, Maluku, Kalimantang, Sumbawa, serta Sumatera.
Baras yang dibagikan Aji bukan sembarang beras. Tapi berupa benih padi yang diberi nama Beras Merah Putih RI-1. Label ini meniru sebutan Presiden RI, sebagai orang nomor satu dalam struktur pemerintahan negeri ini.
Beras hasil budidaya sendiri itu bentuknya unik. Apabila kulit gabah dibuka, butirannya separuh berwarna merah dan separuhnya lagi putih.
"Beras ini sudah ratusan tahun menghilang. Sekarang telah kembali. Rasanya enak. Ini merupakan tanda-tanda zaman kebangkitan Indonesia," ucap Ajikoesoemo.
Aji menemukan varietas beras merah-putih secara tidak sengaja di sebuah situs percandian. Meski sudah berwujud beras saat ditemukan, bukan gabah, Ajikoesoemo dengan teknologi pertanian yang dimiliki berhasil membudidayakan.
Hasil penen yang kemudian dibagikan kepada perwakilan 12 daerah tadi, sebagai upaya Aji membagi pengalaman dan pengembangbiakkan Beras RI-1 bersama petani lain. "Kami sudah siap dengan teknologi pengembangan beras RI-1 ini."
==============================
http://www.umy.ac.id/berita.php?id=438
7 November 2006 PENANAMAN PERDANA PADI RI-1 GENERASI KE-2 Walaupun hanya tiga butir padi yang diperlihatkan oleh Ir. Gatot Supangkat, MP., Dosen Fakultas Pertanian UMY, cukup mencengangkan dengan warnanya yang lain dari biasanya. Warna yang sama dengan bendera kebangsaan Indonesia merah putih. Sepintas orang akan berfikir bahwa warna tersebut didapatkan dari hasil perkawinan beras merah dan beras putih. Tetapi, jauh dari dugaan warna tersebut bukan buatan tapi natural sebagaimana biasa berasal dari padi yang tumbuh secara normal. Sebagaimana dituturkan D. Hertanto, si pengembangbiak beras dwiwarna tersebut, beras yang kemudian diberinama RI-1 merupakan beras yang berasal dari sekitar abad 7 silam. Bersama BSW Adjikoesoemo (Dirut Prakasita Sekar Mataram), Hartanto mendapatkan butiran padi tersebut dari penduduk yang menemukannya direruntuhan candi yang berlokasi di kawasan Sleman 16 Februari lalu. "Padi yang diserahkan tersebut hanya berjumlah 160 biji. Semula kami tak percaya kalau itu adalah beras jaman dulu, kami belum pernah melihat padi jenis tersebut sebelumnya, maka kami jadi tertarik untuk menguliknya mencari info kesana kemari", jelasnya. Info yang didapatkannya tersebut lanjut Hertanto, tidak mencukupi rasa penasarannya karena rata-rata dari mereka mengatakan baru melihatnya kali itu. Tetapi, dari informasi tersebut juga menambah keyakinannya kalau beras tersebut memang benar-benar berusia beratus tahun silam. Ke-160 butir beras tersebut kemudian dipilah-pilah dan jadilah 120 butir yang dianggap sempurna untuk ditumbuhkan kembali. Penyemaianpun dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan menggunakan media kapas yang dilengkapi dengan hormon pertumbuhan dan yang kedua, adalah dengan cara membungkus butir padi tersebut dengan kulit gabah rojolele. Maksudnya, kulit gabah tersebut sebagai cadangan nutrisi beras yang akan ditumbuhkan. Dari 120 butir beras tersebut, menurut Hertanto, hanya sekitar 88 butir yang berkecambah dan selanjutnya hanya tersisa 7 bibit yang bertahan sampai panen pertama dilakukan 5,5 bulan kemudian dengan tinggi batang 130 sentimeter, 2 buah anakan dengan malai yang berukuran 22 sentimeter dan hasil panen yang berupa biji beras merah putih berjumlah sekitar 2.411 butir.
"Selama penumbuhkembangan padi tersebut tidak ada perlakuan khusus yang diberikan, media pembesar padi setelah disemaikan juga hanya dalam bak dan tanah subur biasa dengan ukuran sekitar 30 sentimeter. Mungkin karena suhu di Kebon Agung, Sleman, tempat proses penanaman ini juga mendukung", ungkapnya.
Selasa, (7/11) sore, telah dilakukan kembali penanaman RI-1 Generasi Kedua pada lahan 2 petak berukuran sekitar 3 x 10 m, di Dusun Kebon Agung, Tridadi, Sleman. Penanaman tersebut dilakukan pada acara pertemuan bersama pihak UMY dan pihak Prakasita Sekar Mataram. Penanaman perdana tersebut ditandai dengan penanaman bersama oleh Rektor UMY, Dr. Koiruddin Bashori dan Direktur Utama Prakasita Sekar Mataram, BSW Adjikoesoemo. Pada acara tersebut Adji berharap dari penanaman ini menghasilkan sekitar 40-50 kg beras untuk kemudian bisa diproduksi lebih besar dan dikonsumsi.
Mahasiswa Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian UMY ini juga menjelaskan, launching RI-1 ini sebenarnya telah dilakukan 13 Agustus 2006 lalu, bertepatan dengan acara Indonesia Bangkit di Alun Alun Utara, Yogyakarta, yang ditandai dengan pembagian 84 butir beras hasil panen pertama kepada 12 petani yang berasal dari tempat yang berbeda-beda diantaranya Kediri, Sumenep, Pati, Banyumas, Sabdodadi-Bantul, Banjarnegara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, maluku, Papua, dan Bali, dengan maksud untuk dikembangkan. "Sebagian lagi kami simpan untuk dikembangkan kembali", tambahnya.
Pada kesempatan berbeda, ditengah pertemuannya dengan para pimpinan Fakultas Pertanian UMY, Sabtu, (7/10) lalu, mengenai rasanya Hertanto mengakui belum bisa memastikan kelezatannya. Tetapi dia mempunyai keyakinan bahwa beras tersebut mempunyai kualitas tinggi. "Usianya saja sudah berabad-abad lalu, terus ditemukan di tempat yang dianggap sakral yang digunakan untuk ritual tertentu sebagai persembahan, biasanya sesuatu benda yang digunakan sebagai persembahan mesti berkualitas yang terbaik", imbuhnya.
Diakhir pembicaraannya Hertanto mengatakan keinginannya untuk terus mengembangkan padi RI-1 tersebut sampai akhirnya menjadi beras yang bisa diunggulkan kembali dan bisa dikonsumsi secara masal. "Membangkitkan sesuatu yang hampir punah merupakan suatu kebanggaan", katanya.

Tidak ada komentar: